Hegemoni Barat Terhadap Peradaban Islam
Oleh: Devi Muharrom Sholahuddin,
Lc.
Alumni Tahun 2002 (GRADE) / Mahasiswa
Pascasarjana Jurusan Ilmu Aqidah Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor Ponorogo Indonesia
Islam
adalah Agama terakhir yang diturunkan oleh Allah Swt kepada manusia. Islam
merupakan penyempurna Agama-agama sebelumnya. Nabi Muhammad Saw sebagai penutup
para Nabi adalah orang yang Allah Swt tugaskan untuk membawa risalah Islam.
Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw mencakup segala aspek. Islam adalah Agama,
Ummat, Negara dan Peradaban.
Islam
telah menunjukan kebenaran yang nyata dan itu terlihat dan terekam dengan jelas
sepanjang perjalanan Islam. Kendati demikian, kebenaran tidak selamanya dapat
diterima oleh semua pihak, namun justru dimana ia berada pasti ada yang
mengingkarinya.
Kondisi
seperti inilah yang terjadi terhadap Islam dimata Barat, Islam mereka anggap
sebagai ancaman terbesar yang menganggu keberlangsungan peradaban Barat. Maka
dari itu berbagai kajian tentang ke-Islaman (al-dirāsāt al-Islāmiyyah)
mereka lakukan. Kajian dan pemikiran mereka tentang Islam, Notabene tidak
pernah lepas dari bias yang berakar pada misi gereja serta untuk menguatkan
hegemoni Barat terhadap Islam.
Proyek
yang pertama kali mereka kerjakan adalah mengubah corak pola pikir (’aqliyyah)
umat Islam dengan sebuah corak baru yang berdiri diatas dasar kaedah-kaedah
pemikiran yang sama sekali terputus hubungan dengan Allah Swt. Dari proyek ini
dapat kita lihat hasilnya. Pola pikir seperti ini melahirkan cendikiawan muslim
yang liberal dan pluralis, yang secara sengaja mengikuti methodologi Barat
dalam mengambil isṭinbāt al-aḥkām. Sehingga, hasilnya adalah fatwa-fatwa
yang sesat dan menyesatkan (ḍāllah muḍillah) bagi umat Islam.
Citra Islam di Mata Barat
Proses
dakwah Islam sebagai agama terakhir, penyempurna agama-agama sebelumnya, sejak
awal sudah berinteraksi dengan peradaban-peradaban yang ada. Dimulai dengan
dakwah nabi terhadap keluarga beliau, kemudian kepada kaum Quraisy, dilanjutkan
dengan menyebarkan Islam kepada kaum-kaum lainnya, kemudian seruan nabi
terhadap kaisar Romawi, raja Najasyi yang berkuasa pada saat itu.
Proses
dakwah inilah yang dilakukan oleh Islam, menyeru kepada kalimatullah yang Haq
dengan cara yang paling baik ”ud’u billatī hiya aḥsan” dan dengan tanpa
paksaan ”lā ikrāha fī d-dīn” dari sinilah, islam mulai dikenal dengan
agama yang sempurna. Sejarah mencatat tidak ada satu peperangan pun yang
dilakukan dengan tujuan penyebaran Islam secara paksa kepada suatu kaum.
Melainkan peperangan yang terjadi adalah untuk mempertahankan diri dari
serangan orang-orang kafir yang tidak menghebndaki keberadaan Islam. Sejarah
inilah yang dikaburkan oleh Barat saat ini, dengan penuh kedengkian dan api
permusuhan, Barat memutarbalikan sejarah peradaban Islam.
Barat
menuduh Islam, bahwasannya Islam disebarkan dengan pedang, Ekspansi perluasan
wilayah Islam adalah Penjajahan Islam terhadap bangsa-bangsa lain. Dalam hal
ini alangkah baiknya merenungkan firman Allah Swt: walantarḍā ’anka l-yahūdu
wala n-naṣarā ḥattā tattabi’a millatahum. Ayat ini dengan tegas menyatakan,
bahwasannya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha terhadap umat Islam
sehingga umat islam mengikuti ajaran mereka.
Di era posmodern ini, kedengkian Yahudi-Kristen
Barat semakin terlihat dengan jelas, bahkan tidak malu-malu menampakkan diri,
melalui kajian para orientalis yang mencari kelemahan Islam. Islam mereka
jadikan sebagai objek kajian yang mereka cari titik kelemahan Islam,kemudian
mereka serang titik kelemahan itu.
Hubungan
Islam dan Barat selamanya tidak akan pernah harmonis, hal ini dikarenakan tidak
ada sama sekali niat baik dari barat untuk hidup berdampingan dengan Islam.
Puncak ketegangan Barat terjadi pada peristiwa Drama 11 September 2001. Kasus
hancurnya gedung World Trade Center (WTC) di New York dan gedung pertahanan
Amerika Pentagon di Wahington DC, yang diduga dilakukan kelompok ekstrimis
Islam dibawah komando Osama bin Laden, membuat penilaian negatif negara Barat
terhadap Islam semakin kencang dan hubungan keduanya mencapai titik nadir.
Kondisi itu mengakibatkan Umat Islam di dunia dipandang
buruk dan disebut sebagai pengikut ajaran agama yang dogmanya hanya menyebarkan
teror dan kekerasan. Sehingga bangsa Barat menyimpulkan bahwa umat Islam tidak
bisa hidup berdampingan dengan umat lainnya.
Jika dilihat dari segi historis sejarah, persinggungan
antara Islam dan Barat telah terjadi
semenjak pertama Munculnya agama Islam pada abad ke-7, sejak saat inilah muncul
berbagai upaya Yahudi dan Kristen untuk menghancurkan Islam.
Diantara peristiwa yang paling besar adalah peristiwa
perang salib yang terjadi selama krang lebih 2 abad yaitu, antara tahun 1095-1291
M, perang salib yang dilancarkan Kristen terhadap Islam adalah atas restu dari
Paus Urbanus II yang mengeluarkan fatwa penting pada tanggal 17 November 1095
di Clermont, dengan menyerukan umat Kristen agar berangkat membebaskan kota
suci yerusalem dari penindasan umat Islam. Perang salib pertama Kristen meraih
keberhasilan yaitu dengan ditaklukannya ibu kota Saljuk di Iznik pada juni
1097, yang mana pada saat itu berada dibawah pimpinan Sultan Qilij Arslān.
Jatuhnya ibu kota Saljuk diikuti dengan jatuhnya kota Antiokhia pada tahun 1098
dari tangan umat Islam ke tangan kaum Frank. Perang salib ini berakhir setelah
penaklukan Acre pada tahun 1921.
Pada tahun tujuh puluhan missionaris Kristen yang bekerja sama dengan
imprealis Barat dalam menyerang Islam. Mereka terus melakukan aktifitasnya di
dunia Islam terutama di wilayah minoritas Muslim yang bertujuan untuk
mengkristenkan kaum Muslimin di dunia Sebagaimana diumumkan dalam muktamar
"Colorado" pada tahun 1978 yang membahas tidak kurang dari empat
puluh agenda seputar Islam dan kaum Muslimin berikut strategi untuk menyebarkan
agama nasrani di kalangan kaum Muslimin dengan dana seribu juta dolar. Selain
itu telah didirikan lembaga "Zwemmer" untuk mencetak para spesialis
dalam hal mengkristenkan kaum Muslimin. Salah satu isi dokumen muktamar
Colorado ini adalah: “Islam ialah satu-satunya
agama yang landasan-landasan dasarnya bertentangan dengan pilar-pilar Kristen.
Hukum Islam ialah satu hukum keagamaan yang paling banyak keserasiannya secara
sosial dan politik. Kita memerlukan ratusan pusat (pendidikan dan pengkajian)
untuk memahami Islam dan menerobosnyadengan jalan kesantunan dan kecerdikan.
Oleh karena itu, tidak ada satu hal pun yang lebih penting bagi kita kecuali
Kristenisasi umat Islam”
Kemudian pada tahun delapan puluhan di abad ke-20,
Richard Nixon, mantan
presiden Amerika , sekaligus sebgai salah satu ahli strategi Amerika,
mengatakan, “Islam bukanlah agama semata. Akan tetapi, ia merupakan dasar
bagi sebuah peradaban yang besar” Dia juga
mengatakan, “Islam dan Barat adalah dua hal yang bertentangan. Dalam
padangan Islam dunia terbagi menjadi dua; Dâr al-Islâm dan Dâr al-Harb, dimana
yang pertama harus mengalahkan yang kedua” pernyataan Nixon ini menunjukan
adanya carapandang barat yang berbeda terhadap Islam. Nixon menyatakan bahwa
Islam merupakan ancaman terbesar bagi bangsa Barat.
Kemudian serangan yang paling dekat dengan drama WTC
adalah pada awal paruh akhir abad ke dua puluh, atau dua belas tahun sebelum
drama WTC terjadi. Yaitu pasca keruntuhannya Komunis di Uni Soviet. Para
pemimpin negara Eropa (Uni Eropa) berkumpul dan melalui presiden Uni Eropa saat
itu Gianni De Michelis mengeluarkan statemen bahwa musuh Barat pasca keruntuhan
soviet adalah Islam. Kemudian mereka merumuskan tentang perlunya menjadikan
negara-negara Islam sebagai negara sekular yang memisahkan antara peran Agama
dan negara.
Dari sini jelas sekali terlihat upaya-upaya Barat yang
tiada henti untuk menghancurkan ummat Islam. Lebih jauh Samuel Huntington,
didalam bukunya The Clash of Civilization (1996) mengatakan, “Hubungan
antara Islam dan Kristiani biasanya ibarat badai. Keduanya adalah perkara yang berbeda satu sama lain.
Pertempuran abad ke dua puluh antara Demokrasi Libral dan Marxism-Leninism
sesungguhnya hanya fenomena dangkal yang akan sirna ketika dibandingkan dengan
hubungan pertempuran yang terus berlangsung dan mendalam antara Islam dan
Kristen” Samuel juga
mengatakan, “Islam adalah satu-satunya Peradaban yang membuat
keberlangsungan Barat berada dalam keraguan. Hal itu paling tidak telah dua
kali dilakukan”
Akan kaitannya dengan faktor-faktor yang menyebabkan
pertempuran antara Islam dan Barat di masa mendatang Huntington menyebutkan
lima faktor:
- Pertumbuhan penduduk dunia Islam menggantikan jumlah yang amat besar dari para pemuda pengangguran dan tamak yang direkrut menjadi tentara untuk urusan-urusan Islam.
- Kebangkitan Islam telah memberikan kepercayaan (positifisme) baru bagi kaum Muslim pada sifat dasar dan kemampuan peradaban mereka serta nilai-nilai khas mereka dibandingkan dengan peradaban dan nilai-nilai bagi Barat.
- Usaha Barat penjajah yang terus menerus menyebarkan nilai-nilai dan organisai-organisaniya, serta campur-tangan mereka di dalam pergolakan-pergolakan yang terjadi di dunia Islam telah menyebabkan kekesalan hati yang amat dalam pada diri kaum Muslim.
- Runtuhnya Sosialisme telah melenyapkan musuh bersama bagi Barat dan Islam. Sehingga, tinggal keduanya (Islam dan Barat) yang menjadi musuh yang akan membahayakan satu sama lain.
- Gesekan (friksi) dan percampuran yang terus bertambah antara kaum Muslim dan Barat akan membangkitkan sensifitas-identitas khusunya pada masing-masing pihak. Bagaimana tidak, satu sama lain saling berbeda.
Inilah
lima faktor-faktor terpenting bagi terjadinya pertempuran antara Barat dan
Islam dan terus akan berjalan kedepan menuju sebuah pertempuran baru.
Kendati demikian, terdapat banyak orientalis yang
mengkaji Islam secara objektif. Kelompok yang berpegang teguh dalam
penelitiannya dengan prinsip keilmuan, penuh kejujuran dan bersikap apa adanya.
Sehingga dengan penelitiannya yang mendalam mengenai Islam mereka mendapatkan
hidayah dari Allah Swt. dan memeluk Islam.
Tokoh-tokoh orientalis yang diberi hidayah oleh Allah
Swt. untuk memeluk Islam adalah: Lord Headly, Ethan Deneeh dan Dr. Greeneh, dan
masih banyak lagi para pemikir dan orientalis lainnya yang mendapatkan hidayah
Allah untuk masuk Islam setelah melalui proses berpikir yang panjang.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Al-Karīm
el-Badawiy,
Dr. Hasan Abdul Rauf M. dan Dr. Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan
Missionarisme, Menelikung Pola Pikir Umat Islam (Bandung: Rosda, 2007)
Hillenbrand,
Carole, Perang Salib, Sudut Pandang Islam (Jakarta: Serambi, 2005)
Husaini,
Adian, Wajah Peradaban Barat, dari Hegemoni Kristen ke Dominasi
Sekular-Liberal (Jakarta: Gema Insani Press, 2005)
Imarah,
Muhammad, Al-Gharb wa l-Islām, Aina l-Khaṭā? wa Aina aṣ-ṣawāb? (Kairo:
Maktabah Asy-Syurūq ad-Dauliyyah, 2004)
Imarah,
Muhammad, Al-Islām fī ‘uyūn Gharbiyyah, Baina iftirā l-juhalā wa inṣāfi
l-‘Ulamā, (Birut: Dār asy-Syurūq, 2005)
Imarah,
Muhammad, The Tolerance of Islam
dalam Jurnal Islam Today, No. 21 1425/2004