Ahlan Wasahlan wa Marhaban Biziyaaratikum.. Selamat Membaca dan Menikmati Sajian dari kami.. :)..
Penasihat : Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam | Pemimpin Umum : Joko Waluyo, S.Pd.I | Pemimpin Redaksi :Devi Muharrom Sholahuddin, Lc. | Wakil Pemimpin Redaksi : Muhammad Sendi Sayyina, S.Pd.I | Dewan Redaksi : Ali Nurdin, M.S.I, Asep Deni Fitriansyah, M.Phil., Asep Ali Rosyadi, S.Ag., Asep Roni Hermansyah, S.Pd.I, Ajat Syarif Hidayatullah, S.Pd.I Al-Hafidz | Distributor : Munir Hermansyah, S.Pd.I, Egi Mulyana, S.Pd.I, Acep Mutawakkil | Dapur Redaksi : Gedung Perpustakaan Pondok Pesantren Darussalam Sindang Sari Kersamanah Garut Indonesia 087758202070 | Risalah Ilmiah FIGUR Darussalam diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru (FIGUR) Pondok Pesantren Darussalam, terbit seminggu sekali, Redaksi menerima tulisan dari berbagai kalangan dan berhak untuk mengeditnya tanpa merubah maksud dan isi tulisan | Kritik dan saran silahkan hubungi redaksi via surat, telepon atau email (figur-darussalam@yahoo.com)

Sabtu, 30 April 2011

DAMPAK KATA-KATA

No. 23, 22 Shafar 1432 H/28 Januari 2011

DAMPAK KATA-KATA
H. A. Syarif Hidayatulloh, S.Pd.I

Suatu hari Lukman di perintah tuannya untuk menyembelih kambing dan mengambil bagian yang paling baik dari dagingnya, maka lukman pun mengambil dan memberikan pada tuannya lidah dan hati kambing, di suatu hari lain lukman diperintah tuannya pula untuk menyembelih kambing dan mengambil bagian terburuk dari daging kambing tersebut, maka lukmanpun mengabil dan menyodorkan potongan lidah dan hati. Tuannya bertanya : ini apa maksudnya? Maka lukman menjawab: sesungguhnya baik dan tidaknya, selamat atau terperosoknya seseorang tergantung dari ucapan dan hatinya. Seperti dalam pepatah di sebutkan, “ Selamatnya seseorang tergantung dari kemampuan menjaga lisannya”.

Dalam Al-Qur’an Allah Swt, menyebutkan beberapa istilah kata; qaulan sadidan (kata-kata benar), qaulan layyinan (kata – kata diplomatis, lemah lembut), qoulan ma’rufan (kata-kata baik, patut dan jujur), Qoulan kariman ( Kata-kata mulia). Nabi Musa As ketika di perintah Allah untuk membujuk Fir’aun agar kembali kepada Rabb-nya nabi musa. Ia diperintahkan dengan kata-kata yang lembut, bijak, diplomatis, bukan bahasa yang kasar, penuh dengki, cacian, merendahkan, atau menantang dan menyombongkan diri, namun “Qoulan layyinan” begitulah Al-Qur’an menggambarkannya. Jika saja Nabiyulloh Musa as berkata kepada Fir’aun yang notabene adalah musuh Allah, raja lalim yang tak punya rasa kasih sayang dan ampun bagi para penentangnya dengan Qoulan layyinan maka mengapa masih saja terlonatar dari lisan kita kata-kata yang merendahkan orang lain, bahasa yang menyakitkan orang yang di bicarakannya, mencacinya, bahkan membongkar Aib, kesalahan dan kealfaanya?

Dalam buku the true Power of water, Dr Masaro emoto membuktikan bahwa air dapat membawa pesan. Air yang di bacakan kata-kata positif akan merespon dan membentuk kristal-kristal positif yang merekah bagaikan bunga di pagi hari. Apalagi jika yang di bacakan dihadapan Air adalah do’a – do’a, ayat – ayat Al-qur’an atau Al-ma’tsurot.
Sebaliknya, jika yang di ucapakan adalah kata-kata negatif, maka airpun akan membentuk kristal-kristal pecah yang berdampak negatif. Karena menurutnya kata-kata memiliki kekuatan “ mincipta”. Hasil dari penelitian ini menegaskan betapa pentingnya kata-kata positif bagi manusia yang 70 persen tubuhnya terdiri atas air. Mungkin inilah salah satu rahasia Sabda Rasul SAW: “ Barangsipa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya mengucapkan kata-kata baik atau diam”.( Hr. Bukhori Muslim).

Dalam kehidupan berumah tangga, tak jarang kita dengar anggota keluarga mengucapkan kata-kata negatif kepada anggota keluarga lainnya. Dampaknya sering tidak disadari, atau mungkin belum menyadari atau bisa saja karena minimnya pengetahuan tentang bahaya ucapan negtif itu. Terlebih harus banyak disadari jika yang berbicara itu adalah orang tua yang kerap tidak jauh dari istilah “seucap nyata”. Seperti; kata “ Dasar bodoh”, “pemalas”, Cengeng, “ Anak Bandel”, atau kata-kata yang menjulukinya dengan nama hewan, “monyet loo”, “ Kaya kambing aja”, “Dasar Bebek”, Dan lain-lainnya yang sering terucap dari bibir orang tua kepada anaknya.
Dalam kehidupan berpesantren pun tak jarang kita dengar kata-kata pendidik yang belum berpendidikan, jauh dari makna hikmah serta mendidik, begitu pula di antara sesama santri. Mungkin kisah lukman dan keluarganya bisa menjadi inspirasi dan tauladan untuk para pendidik dan orang tua. Kata-kata lukman kepada anaknya diabadikan Allah dalam Al-qur’an. Adakah setiap kata yang terlontar dari mulut kita selalu mengandung hikmah dan menjadi bekal buat pendengarnya, ataukah sebaliknya?

Rasul SAW Bersabda : “ Tiada lain yang menjerumuskan manusia kedalam neraka, kecuali akibat dari yang di ucapkan oleh lidahnya” ( Hr. Ashabussunan dan Ahmad ). Karena tidak lah wajar bagi seorang muslim untuk mencaci, suka melaknat, berkata keji juga berkata yang tidak mengandung manfaat.
Firman Allah Swt : “............. maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah perkataan yang mulia”. ( QS. Al Isra: 23 ).

Larangan ini berlaku untuk siapa saja dan terhadap siapa saja. Ingatlah dampak dari kata-kata yang negatif akan menimbulkan negatif pula ; selain menyaiktkan hati dan perasaan, dapat menimbulkan dendam, merusak hubungan keharmonisan kekeluargaan, kata tidak baik pula bisa sangat mempengaruhi mental dan psikis orang yang menjadi sasaran pembicaraan. Disinilah rasul mengingatkan kita untuk untuk mengajarkan hanya kebaikan kepada anak-anak kita. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Abdur Rozak dan Sa’id bin Mansur, Rasul SAW bersabda : “ Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anakmu dan keluargamu dan didiklah mereka”.
Alangkah indah jika kita selalu berusaha untuk berkata yang mengandung ilmu dan manfaat, alangkah bahagianya jika anak-anak kita berkata dengan kata-kata yang baik dan manis, alangkah baiknya jika anak-anak didik kita berbicara dengan logika dan ungkapan yang bagus, dan alangkah muliannya jika kita menjauhi bohong, bahasa laknat dan cacian. Jika hal itu terjadi maka tidak di ragukan lagi bahwa orang tua dan guru akan manjadi panutan, anak akan menjadi bunga rumah tangga yang harum dan pewangi bagi masyarakat. takutlah dengan peringatan Rasululloh saw ; “ sesungguhnya, jika seorang berbicara dengan kalimat yang di murkai Allah, tanpa perasaan ragu-ragu, maka ia akan di jatuhkan kedalam neraka jahannam.” ( HR. Bukhori). Juga Firman Allah : “ Tiada satu ucapanpun yang terucap malainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 18 ).

Allah SWT Berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” ( QS. Al-Ahzab : 30 ). Dr. Aid Abdulloh Al Qorni berkata: “ Ucapan yang baik berasal dari pikiran yang baik, Kata-kata yang indah berasal dari akal yang sempurna, dan pembicaraan yang teratur berasal dari nurani yang bercahaya”.

Lebih lanjut beliau memberikan beberapa contoh tentang efek dari kata-kata yang salah. Ketika anak-anak nabi ya’qub As minta izin membawa nabi yusuf ikut mereka bermain, beliau khawatir mereka menyakiti yusuf. Padahal, seharusnya beliau bertawakal dan memasrahkan segala urusan kepada Allah, atau beliau bisa saja melarang mereka membawa yusuf, toh yusuf masih ada di sisinya. Tapi karena sayang anak, beliau berkata kepada mereka, “ Aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala”. ( QS. Yusuf : 13) dengan demikian, ia membuka peluang bagi mereka untuk melakukan kesalahan yang memberitahukan caranya , karena itu mereka pun pulang dengan mengatakan ,”ia dimakan serigala.” ( QS. Yusuf:17)

Ketika nabi yusuf as diajak melakukan perbuatan keji, beliau berkata, “wahai tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.” ( QS. Yusuf:33) sebagaian ahli ilmu mengatakan,” seharusnya beliau mengatakan, pengampunan dan keselamatan lebih aku sukai daripada penjara.” Karena perkataan itu , nabi yusuf pun di penjara.

Firaun, sang tiran, berkata, “sungai-sungai ini mengalir di bawahku.” ( QS. Az Zukhruf:51) maka, Allah membalasnya dengan mengalirkan sungai itu diatasnya, sehingga ia terbenam dan tenggelam.
Masih perkataannya Dr. Aid Abdulloh Al Qorni dalam “silakan terpesona” : “Lidah adalah penzalim yang harus dikurung sebelum ia melakukan dosa”. Maka dari itu Islam mengajarkan adab berbicara bagi para pemeluknya sebagai tuntunan yang syamilah, supaya manusia lurus dari berkata-kata. dalam “kitabul adaab”, bab adabul kalam, Fuad bin Abdul aziz as syalhub menerangkan :

1. Fikirlah dahulu sebelum berbicara. Bicaralah selalu di dalam hal kebaikan. Allah Swt berfirman :
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa: 114)
2. Bicaralah dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapan-nya jelas, dapat dipahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.
3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah Saw menyatakan: “Termasuk baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Maka bicaralah hanya secukupnya.
4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Rasulullah Saw bersabda:, “Cukuplah menja-di suatu dosa bagi seseorang apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim).
5. Hindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Saw bersabda: “Aku menjadi penjamin sebuah istana di taman Surga bagi siapa saja yang menghindari perdebatan sekalipun ia benar; dan penjamin istana di tengah-tengah Surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
6. Tenanglah dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Bunda Aisyah Ra menuturkan, “Sesungguhnya apabila Nabi Saw membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya.” (Hr. Muttafaq ’alaih).
7. Hindari perkataan jorok (keji).
Rasulullah n bersabda, “Bukankah seorang mu’min (jika ia) pencela, pengutuk atau yang keji pembicaraan-nya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
8. Hindari sikap memaksakan diri dan banyak omong di dalam berbicara. Hadits Jabir Ra, menyebutkan, “Sesungguhnya manu-sia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun. “Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
9. Hindari ghibah (menggunjing) dan mengadu domba. Allah Swt berfirman:
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Hujurat: 12).
10. Dengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kita mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak meng-anggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.
11. Jangan memonopoli pembicaraan, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
12. Hindari perkataan kasar, dan ucapan yang menyakitkan perasaan serta tidak mencari-cari kesalahan dari kekeliruan pembicaraan orang lain, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan. Seperti: Mengkafirkan, menuduh fasik, memvonis celaka dan sumpah palsu.
13. Hindari sikap mengejek, memperolok-olok dan meman-dang rendah orang yang berbicara. Allah Swt berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” (Al-Hujurat: 11).
14. Jangan terlalu keras bersuara, Allah Swt berfirman :
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan-lah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman :19)
15. Jangan bersumpah selain dengan nama Allah.
16. Jangan mencaci dan menyalahkan masa, terutama kepada kaum muslimin.



Referensi :
Al-Qur’anul karim dan terjemahnya, Syamil, 2007
Kitabul Aadaab, Fuad bin Abdul Aziz As Syalhuub, Daarul Qosim1423
Pendidikan anak dalam Islam, Dr. Abdulloh Nashih Ulwan, pustaka amani –jakarta 1995
Silakan Terpesona, Dr. ‘A’id Abdulloh al Qorni, sahara publisher, 2005
The true power of water, Dr. Masaro emoto, MQ publishing
Read more »