Ahlan Wasahlan wa Marhaban Biziyaaratikum.. Selamat Membaca dan Menikmati Sajian dari kami.. :)..
Penasihat : Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam | Pemimpin Umum : Joko Waluyo, S.Pd.I | Pemimpin Redaksi :Devi Muharrom Sholahuddin, Lc. | Wakil Pemimpin Redaksi : Muhammad Sendi Sayyina, S.Pd.I | Dewan Redaksi : Ali Nurdin, M.S.I, Asep Deni Fitriansyah, M.Phil., Asep Ali Rosyadi, S.Ag., Asep Roni Hermansyah, S.Pd.I, Ajat Syarif Hidayatullah, S.Pd.I Al-Hafidz | Distributor : Munir Hermansyah, S.Pd.I, Egi Mulyana, S.Pd.I, Acep Mutawakkil | Dapur Redaksi : Gedung Perpustakaan Pondok Pesantren Darussalam Sindang Sari Kersamanah Garut Indonesia 087758202070 | Risalah Ilmiah FIGUR Darussalam diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru (FIGUR) Pondok Pesantren Darussalam, terbit seminggu sekali, Redaksi menerima tulisan dari berbagai kalangan dan berhak untuk mengeditnya tanpa merubah maksud dan isi tulisan | Kritik dan saran silahkan hubungi redaksi via surat, telepon atau email (figur-darussalam@yahoo.com)

Kamis, 31 Maret 2011

Ukhuwah dan jama’ah

No. 21-B


Ukhuwah dan jama’ah
Oleh: Faiz Ramdani Sholahuddin
(Alumni Pondok Pesantren Darussalam, Mahasiswa Ma’had ‘Aly An-Nu’aimy)

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’. Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka nikahilah ia.”

Abdurrahman berkata, “Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Lebih baik tunjukkan saja mana pasar kalian.”

Demikianlah sebagian potret ukhuwah dalam bangunan jama’ah dakwah yang ideal. Sa’ad benar-benar memahami keterbatasan Abdurrahman bin Auf. Meskipun di Makkah Abdurrahman bin Auf adalah sudagar yang kaya raya, toh ia datang ke Madinah tidak membawa apapun. Hijrah lebih ia cintai walaupun resikonya adalah meninggalkan seluruh harta kekayannya. Namun, Abdurrahman bin Auf juga seorang sahabat yang tahu betul bahwa ia sanggup melakukan hal yang lebih baik, tanpa bermaksud menolak kebaikan Sa’ad. Ia tetap memberi kesempatan Sa’ad untuk berbuat baik padanya sebagai konsekuensi sebuah ukhuwah; menunjukkan pasar Madinah.

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang berbicara tentang ukhuwah dan keharusan berjam’ah, diantaranya: Allah SWT berfirman: "Orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab itu perdamaikanlah antara dua orang bersaudara mu dan takutlah kepada Allah mudah-mudahan kamu mendapat rahmah" (Al-Hujurat:1). Rasulullah SAW bersabda: “aku wasiatkan kepada kalian (agar mengikuti) para sahabatku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya… kalian harus berjama’ah. Waspadalah terhadap perpecahan karena sesungguhnya syetan bersama orang yang sendirian, dan dia akan lebih jauh dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan harum wangi surga maka hendaklah komit dengan jama’ah (diriwayatkan oleh Tirmidzi)

Makna Ukhuwah dan jama’ah 

Ukhuwah artinya “bersaudara”. Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam merupakan ikatan yang akan mewujudkan kekuatan Islam. Aqidah yang sudah tertanam di hati setiap muslim tetapi tidak diikat dengan ukhuwah maka akan melemahkan kerja dakwah dan tujuan tidak akan tercapai. Sedangkan jama’ah artinya kawanan, perkumpulan, atau persatuan. Jama’ah disini bermakna persatuan dalam agama Islam, dan sering disebut juga ittihadul ummah. Persatuan atau jama’ah tanpa menjadikan ukhuwah sebagai ikatan maka akan menjatuhkan harakah itu sendiri. Dengan ukhuwah pula kesatuan kerja, amal dan aktivitas akan berlaku. Selain itu juga kesatuan berfikir dan kesatuan di dalam hati akan menambah mantap kekuatan Islam.

Keharusan berukhuwah dan berjama’ah

Lalu mengapa kita harus berukhuwah? Karena sungguh, tidak ada yang paling indah dalam kehidupan manusia kecuali memiliki sahabat dalam iman. Betapa kentalnya nilai persaudaraan yang disambung oleh tali iman ini, telah dibuktikan oleh para anggota jama’ah Rasulullah yang sekaligus sebagai bingkai kaca untuk bercermin dan menata kehidupan masyarakat Islam yang Qur’ani. Persaudaraan iman inilah yang menyatukan rasa dan cinta dalam jama’ah yang mampu membongkar segala ta’assub (kebanggaan golongan), keturunan, ras dan kebanggan golongan lainnya. ukhuwah merupakan buah pertemuan untuk beramal dijalan Allah, bahkan ukhuwah adalah asa pertemuan semacam itu, dan tidak akan tegak sebuah amal kecuali dengan ukhuwah. Maka loyalitas yang ada diantara kaum muslimin haruslah untuk Allah dan Rasul-Ny dan sebagai hasil dari loyalitas kepada Aqidah, bukan kepada yang lainnya. Dan Allah Ta’ala mengakui ukhuwah sebagai salah satu amal shalih, karenanya pelakunya akan mendapat pahala.

“ada tujuh golongan dimana Allah menaungin mereka dengan naungan-Nya pada suatu hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya:... dan dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena-Nya dan berpisah karena-Nya” (Muttafaqun ‘alaih)

Ukhuwah juga menjadi jalan untuk membahagiakan ummat manusia secara umum, diatas landasan keimanan, dan merupakan konsekuensi keimana itu sendiri.

Mengapa kita diwajibkan berjama’ah? Karena ada banyak hal yang mengharuskan kita untuk selalu berjama’ah, selalu bersatu dalam barisan Islam. Diantaranya:
Pertama, kaidah syar’iyah yang berbunyi “maa laa yatimmu al-waajibu illa bihi fa huwa waajib” bahwa suatu kewajiban yang tidak akan sempurna kewajiban tersebut kecuali dengan sesuatu itu, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Mendirikan masyarakat Islam yng merujuk pada aqidah Islam dan syari’at Islam adalh kewajiban. Dan tidak ada cara untuk mewujudkannya kecuali dengan jama’ah yang solid.

Kedua, realitas yang terlihat bahwan manusia cendrung menjadi lemah ketika bekerja seorang diri. Sebaliknya akan menjadi kuat dan berdaya ketika ia bersama-sama dengan orang lain. Bekerja sendiri tidak akan banyak memberi pengaruh dalam mewujudkan sesuatu, kesendirian menyebabkan upaya yang dilakukan menjadi lemah dan minim efeknya

Ketiga, relitas pihak-pihak yang melakukan tekanan dan pertentangan dengan Islam, siapapun nmanya dan appun kelompoknya, semuanya melakukan aksi secara bersama-sama. Maka tidak masuk akal jika umat Islam menghadapi kekuatan strutural yang menekan Islamdengan kekuatan orang perorang. Sampai disini, kita mendapatkn firman Allah Ta’al yang sesuai untuk dijadikn pijakan berjama’ah. “adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakn apa yang di perintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar” (Al-Anfal:73)

Itulah sebabnya, berukhuwah dan berjama’ah sangat diperlukan. Bekerja untuk Islam mutlak memerlukan sebuah jama’ah dan ukhuwah yang didasarkan pada keimanan kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam bi shawaab.


Referensi:
1. Bersama kereta dakwah (terjemah indonesia). DR. Adil Abdullah Al-Laili Asy-Syuwaikh. Rabbani press
2. Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami. Muhammad Lili Nur Aulia. Pustaka Da’watuna
3. Brotherhood, aku rindu persaudaraan. KH. Toto Tasmara. Penerbit Pena
4. Lentera rakyat.sos4um.com
5. Tabayun.wordpress.com
6. http.mahira.cybermq.com

0 komentar:

Posting Komentar