Ahlan Wasahlan wa Marhaban Biziyaaratikum.. Selamat Membaca dan Menikmati Sajian dari kami.. :)..
Penasihat : Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam | Pemimpin Umum : Joko Waluyo, S.Pd.I | Pemimpin Redaksi :Devi Muharrom Sholahuddin, Lc. | Wakil Pemimpin Redaksi : Muhammad Sendi Sayyina, S.Pd.I | Dewan Redaksi : Ali Nurdin, M.S.I, Asep Deni Fitriansyah, M.Phil., Asep Ali Rosyadi, S.Ag., Asep Roni Hermansyah, S.Pd.I, Ajat Syarif Hidayatullah, S.Pd.I Al-Hafidz | Distributor : Munir Hermansyah, S.Pd.I, Egi Mulyana, S.Pd.I, Acep Mutawakkil | Dapur Redaksi : Gedung Perpustakaan Pondok Pesantren Darussalam Sindang Sari Kersamanah Garut Indonesia 087758202070 | Risalah Ilmiah FIGUR Darussalam diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru (FIGUR) Pondok Pesantren Darussalam, terbit seminggu sekali, Redaksi menerima tulisan dari berbagai kalangan dan berhak untuk mengeditnya tanpa merubah maksud dan isi tulisan | Kritik dan saran silahkan hubungi redaksi via surat, telepon atau email (figur-darussalam@yahoo.com)

Senin, 08 November 2010

ZAID BIN TSABIT DAN DO’A KEBERKAHAN

No. 06, 21 Syawal 1431 H / 30 september 2010 M (03)



SIRAH


ZAID BIN TSABIT DAN DO’A KEBERKAHAN


Oleh: H. Ajat Syarif Hidayatullah, S.Pd.I. Al-Hafidz
(Pengajar Pondok Pesantren Yatim Piatu Darul-Aitam "Muniroh")


Suatu hari rumah Rasul SAW di ketuk seorang anak yatim yang masih lugu, ia membawa mangkuk makanan yang akan di berikan kepada Rasul, sambil malu-malu anak itu berkata : “ibuku menitipkan makanan untukmu ya Rasul”. Rasul tersenyum saat menerima makanan itu lalu mendo’akannya “Allah memberimu kabar gembira dan memberkatimu”. Anak itu adalah Zaid bin Tsabit an-Najjari ayahnya terbunuh pada peperangan Bu’ats antara suku Khojroj dan Aus, ibundanya Nawwar an-Najjariyah ia mendidik anak-anaknya dengan didikan yang tegas dan keras seperti halnya didikan anak laki-laki pada masa itu.


Pada perang Badar Rasul melihat anak itu membawa pedang untuk ikut dalam peperangan namun Rasul menolaknya karena usianya yang masih sangat kecil, lalu pada perang Uhud barulah Rasul mengikut sertakannya, Pada perang Khandak ia banyak di kenal oleh para mujahidnya, sedang dalam perang Tabuk ia adalah pemegang panji Bani Najjar karena ia di pandang Rasul lebih menguasai dan memahami al-Qur’an di banding dengan sahabat-sahabat lainya, Ia pula di tugaskan Rasul untuk mempelajari bahasa Suryani dan ia mampu untuk menguasainya dalam tempo yang singkat, selain itu ia pula menjadi pakar ilmu pengetahuan, termasuk ilmu waris, Rasul juga menugaskan Zaid untuk mempelajari bahasa Ibrani bahasanya orang Yahudi, juga berkah doa Rasul dan kepandaiannya ia mampu menguasinya dalam waktu yang sangat singkat. Ia sekretaris Rasul SAW juga penterjemahnya, ia yang mendapat do’a kebaikan dan keberkahan dari Rasul SAW. Di masa Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq RA ia mendapatkan kehormatan untuk menghimpun dan menuliskah al-Qur’an .


Do’a keberkahan, kebaikan, kemaslahatan untuk dunia dan akhirat dari mu’min untuk mu’min yang lainya, dari orang tua untuk anaknya, guru untuk muridnya, kiayi/ustadz untuk santrinya, sangatlah di anjurkan karena ia akan berdampak positif dan memberi semangat berjuang, dapat menumbuhkan kasih sayang, memperkuat ikatan persaudaraan serta bukti dari kecintaan hakiki. Tidak lah di perbolehkan bagi seseorang untuk mendo’akan keburukan, kedzaliman, kanistaan dan kerugiaan seseorang untuk dunia dan akhiratnya.


Abu Darda RA telah mendengar Rasul SAW bersabda : "Barang siapa yang berdoa untuk saudaranya di tempat yang tidak di ketahuinya maka doanya akan diamini malaikat", seraya berkata : "maka bagimu seperti itu juga“.



Sumber :


sekolah Cinta Rasul, tarj, DR. Nizar Abadzhah, Zaman 2010

Sunan Abu Daud, Juz. IV, hal. 330

0 komentar:

Posting Komentar