Ahlan Wasahlan wa Marhaban Biziyaaratikum.. Selamat Membaca dan Menikmati Sajian dari kami.. :)..
Penasihat : Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam | Pemimpin Umum : Joko Waluyo, S.Pd.I | Pemimpin Redaksi :Devi Muharrom Sholahuddin, Lc. | Wakil Pemimpin Redaksi : Muhammad Sendi Sayyina, S.Pd.I | Dewan Redaksi : Ali Nurdin, M.S.I, Asep Deni Fitriansyah, M.Phil., Asep Ali Rosyadi, S.Ag., Asep Roni Hermansyah, S.Pd.I, Ajat Syarif Hidayatullah, S.Pd.I Al-Hafidz | Distributor : Munir Hermansyah, S.Pd.I, Egi Mulyana, S.Pd.I, Acep Mutawakkil | Dapur Redaksi : Gedung Perpustakaan Pondok Pesantren Darussalam Sindang Sari Kersamanah Garut Indonesia 087758202070 | Risalah Ilmiah FIGUR Darussalam diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru (FIGUR) Pondok Pesantren Darussalam, terbit seminggu sekali, Redaksi menerima tulisan dari berbagai kalangan dan berhak untuk mengeditnya tanpa merubah maksud dan isi tulisan | Kritik dan saran silahkan hubungi redaksi via surat, telepon atau email (figur-darussalam@yahoo.com)

Senin, 08 November 2010

Makna Kesederhanaan

No. 07, 28 Syawal 1431 H / 07 Oktober 2010 M

Renungan

Makna Kesederhanaan
Oleh : Asep Deni Fitriansyah, M.Phil
(Guru TMI Pondok Pesantren Darussalam)

Berbicara tentang kesederhanaan tidak bisa lepas dari gaya hidup manusia yang menjadi tren pada masanya, karena sejatinya kesederhanaan adalah suatu nilai yang barometernya selalu berubah ubah sesuai dengan cara pandang manusianya. Kesederhanaan dalam kacamata orang-orang zuhud, para biksu, akan berbeda dengan para politisi dan birokrasi, sama bedanya cara pandang masyarakat biasa dengan selebritis. Sebagai contoh bagi orang zuhud memiliki baju lebih dari yang dipakai sudah merupakan pemborosan, dapat makan lebih dari tiga kali dalam sehari bisa jadi dianggap mewah, tapi bandingkan dengan usulan DPR untuk membangun perkantoran yang sangat megah, dengan pasilitas yang serba wah. Dengan rencana anggaran tidak kurang dari 1,8 triliun rupiah, jumlah yang sangat pantastik. Dengan alasan demi kenyamanan bekerja. Bagi mereka uang sebanyak itu tidak dianggap sebagai pemborosan. padahal rakyat miskin masih sangat membutuhkan dana itu untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Disisi lain penilaian tentang kesederhanaan juga dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing individu yang pastinya berbeda, 1 juta rupiah bagi masyarakat biasa dipedesaan sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan hidup sekeluarga selama 1 bulan, namun bagi masyarakat kota apalagi kalangan borju, 1 juta kurang untuk kebutuhan hidup 1 hari. Karena kebutuhan masyarakat desa lebih sedikit dari kebutuhan masyarakat kota, disamping godaan untuk berbelanja di desa lebih kecil daripada di kota.

Kesederhanaan merupakan sikap seimbang dalam hidup, sikap antara ifrath dan tafrith, antara berlebihan dan mengabaikan, yang dalam bahasa arab disebut dengan attawassuth yang berarti sinergi tengah. Sederhana dalam bicara, berarti berbicara sesuai kebutuhan, singkat padat berisi. Sederhana dalam berpakaian berarti memakai pakaian sewajarnya dengan tujuan utama menutupi aurat. Sederhana dalam makanan berarti mengkonsumsi makanan yang mencukupi kadar kebutuhan gizi tubuh. Sederhana dalam belanja berarti jumlah belanja tidak lebih besar dari nominal pendapatan.

Manusia harusnya belajar tentang kesederhanaan dari apa yang terjadi di alam sekitar; lihatlah burung pipit meski ada jutaan dahan kayu di hutan, seekor pipit cukup memakai sebatang ranting untuk menggayutkan sarangnya. Keselamatan telur-telurnya lebih berarti dibanding seberapa banyak ranting yang bisa dikuasai. Lihat pula seekor zebra hanya meneguk air kubangan secukupnya meski panas terik membakar. Bersikap sesuai dengan keperluan dan kemampuan, tak melebihkan dan tak menguranginya. Menjaga batas kewajaran agar melodi hidup dapat berjalan seirama.

Kesederhanaan adalah kekuatan di balik orang-orang hebat. Tokoh besar dunia, seperti Rasulullah, Budha, Mahatma Gandhi dan lainnya, memberi keteladan itu. Keinginan mereka selalu terkontrol dalam batas keperluan. Mereka tidak mau membebani hidup dengan hal-hal yang remeh, kegiatan yang tidak bernilai. Mereka menempatkan nilai hidup di atas materi. Tulus menerima dan mensyukuri segala yang dianugerahkan, hidup terasa berkecukupan dan bersahaja. Di Negara mana pun orang bersahaja lebih dihormati dan disegani, ketimbang orang yang bergelimpangan harta tapi congkak dan boros.

Rasulullah saw adalah seorang pemimpin yang sederhana. Rumah dan perabotan beliau sederhana. Pakaian beliau tidak lebih bagus dari yang lain. Beliau bergaul dengan siapa pun, kaya maupun miskin. Pola pikir beliau juga tidak berbelit-belit, Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah memilih antara dua perkara melainkan akan memilih yang paling mudah antara keduanya selama perkara itu tidak mendatangkan dosa. Jika mendatangkan dosa, baginda adalah orang yang paling menjauhinya” (HR. Muslim). Beliau makan juga tidak melebihi batas kenyangnya perut. Aisyah menuturkan, keluarga Muhammad tidak ada yang pernah kenyang dari roti gandum dua hari berturut-turut sampai meninggal (HR. Bukhari).

Kesederhanaan dapat mengubah suasana sosial semakin harmonis, terhindar dari kesenjangan yang dapat mengusik ketentraman hidup bersama. Kesederhanaan akan membuka sekat diri merasa lebih berharga. Dan menggantinya dengan ketawadhuan, kesadaran akan keterbatasan diri, begitu pula rekan-rekan kita. Maka saling melengkapi lebih penting dari pada menonjolkan diri. Inilah refleksi keimanan, Rasul bersabda, “Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman” (HR. Abu Dawud).

Kesederhanaan berarti melepaskan diri dari tuntutan dunawiyah yang menyesakkan, membebaskannya dari hawa nafsu untuk dipuaskan, yang sejatinya nafsu itu tidak mungkin dapat terpenuhi, ia bagaikan anak kecil yang menetek pada ibunya, kalau tidak di sapih maka sampai dewasa ia akan tetap menyusu pada ibunya. Sederhana berarti mengambil persoalan dari esensinya, dan menyikapinya dengan proporsional. Kesederhanaan selalu dekat dengan kemurahan hati dan sikap yang bijak, dan akan membawa pelakunya pada lapang dada dan menjauhkannya dari prasangka yang dapat meresahkan hidup.

Kesederhanaan adalah prilaku hamba Allah yang dikasihi yang dalam bahasa al-Qur’an disebut dengan istilah ‘ibarurrahman “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (al-Furqa 67). Walaupun firman Allah ini tidak secara langsung memerintahkan hambanya untuk hidup sederhana, namun secara imflisit menekankan pentingnya hidup sederhana, dengan bahasa lain seakan Allah berfirman; kalau engkau mau menjadi hambaKu, maka hiduplah sederhana, karena kesederhanaan adalah ciri perilaku hamba-hambaKu yang Ku kasihi.

Dalam ayat lain Allah dengan tegas melarang hambanya untuk berprilaku berlebih-lebihan dan boros, yang merupakan antonim dari kesederhanaan; “Dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya, dan janganlah kamu berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (al-An’am 141); “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (al-A’raf 31). Boros adalah prilaku hidup manusia yang tidak berlandaskan azas proporsional. Melakukan sesuatu melebihi batas kewajaran, dan kemampuan. Sikap yang sungguh sangat buruk. Boros akan menjadikan manusia bersifat tamak, egois dan tidak bersahaja, selalu menganggap segala sesuatu itu remeh (kecil tak berharga). Karenanya wajar kalau Allah memerintahkan hambaNya untuk menjauhinya.
Sebagai penutup dari tulisan ini, mari kita renungi kaidah yang sangat masyhur dikalangan ulama ushul yang berbunyi :
كل شيء إذا زاد على حده انقلب إلى ضده
Maksud dari kaidah diatas adalah bahwa segala sesuatu apabila melebihi batas kewajarannya maka akibatnya akan berbalik ke arah kebalikannya. Wallahu a’lam bisshawab.

0 komentar:

Posting Komentar